Bagian dari gigi gram gajah purba yang diduga merupakan peninggalan purbakala 1,5 - 2 juta tahun lalu menurut para peneliti dari balai arkeolog. |
Sejumlah fosil gajah purba atau stegodon tersimpan dalam sebuah etalase di Kantor Kepala Bidang Kebudayaan, Disparbudpora Sumedang. Salah satunya adalah bagian rahang atau gigi geraham stegodon.
Selain satu buah fosil gigi geraham stegodon, di sana juga tersimpan fosil tulang berulang stegodon yang berjumlah 8 kepingan berbagai ukuran. Kemudian satu buah fosil tanduk binatang purba dan satu buah fosil hewan laut purba berupa kerang moluska. Fosil-fosil itu ditemukan pada tahun 2021 lalu.
Untuk fosil gigi geraham stegodon sendiri berukuran kurang lebih sebesar kepala kambing yang telah terbalut batuan. Gigi geraham itu bersusun seperti 5 baris gigi secara berbanjar.
Kepala Bidang Kebudayaan dari Disparbudpora Sumedang, Budi Akbar menjelaskan, fosil rahang atau gigi geraham gajah purba atau stegodon ini, menurut para peneliti dari Balai Arkeolog merupakan peninggalan purbakala 1,5 juta sampai 2 juta tahun yang lalu.
"Makanya sebagiannya (gigi geraham) sudah terbungkus batu padahal itu tadinya tanah namun karena proses jutaan tahun, tanah itu pun mengeras menjadi batu," ungkap Budi dengan didampingi Pamong Budaya dari Bidang Kebudayaan, Suhadi kepada detikjabar, belum lama ini.
Budi mengatakan selain fosil gigi geraham, saat itu di Sumedang juga ditemukan kepingan-kepingan fosil dari gading stegodon. Saat ini, gading stegodon yang telah direkontruksi utuh dititipkan ke museum Geologi Bandung.
Dalam merekontruksi kepingan-kepingan fosil menjadi satu kesatuan utuh, sambung Budi, dibutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan lamanya.
"Fosil yang ini hanya patahan kecil atau bagian dari ujung gading stegodon yang kalau utuh ukurannya cukup besar," kata Budi sambil menunjukan patahan fosil gading stegodon berdiameter sekitar 15 centimeter dengan panjang 15 centimeter.
Budi menyebutkan, fosil hewan darat banyak ditemukan di Desa Jembarwangi. Sementara untuk fosil hewan laut banyak ditemukan di Desa Darmawangi. Kedua desa tersebut masuk di wilayah Kecamatan Tomo.
"Fosil hewan laut banyak ditemukan di Darmawangi karena posisinya lebih rendah, sementara untuk fosil-fosil hewan darat lebih banyak ditemukan di Jembarwangi karena posisi geografis desanya berbukit-bukit," terangnya.
"Seperti fosil kerang moluska yang ada ini ditemukan di Desa Darmawangi yang diperkirakan usianya sama dengan fosil lainnya yakni sekitar 1,5 juta sampai 2 juta tahun lalu," Budi menambahkan.
Budi menyebutkan, fosil yang telah ditemukan jumlahnya ada sebanyak 677 fosil. Fosil-fosil berbagai ukuran dan jenis itu, kini untuk sementara dititipkan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Museum Geologi Bandung.
"Ada juga temuan-temuan fosil yang terbaru untuk sementara kita simpan di Desa Jembarwangi dan Desa Darmawangi," ungkapnya.
Pamong Budaya dari Bidang Kebudayaan, Disparbudpora Sumedang, Suhadi menambahkan fosil-fosil yang ada di Kantor Bidang Kebudayaan ini merupakan temuan warga bernama Oma pada 2021 lalu.
Oma sendiri, kata Suhadi, saat ini menjadi salah satu satgas kepurbakalaan di Desa Jembarwangi.
"Jadi fosil-fosil ini ditemukannya di bukit-bukit atau di kedalaman sekitar satu meter dari permukaan tanah yang usianya menurut para peneliti 1,5 juta sampai 2 juta tahun yang lalu," tambahnya.
Baca : Gerbang Singkawang Siap Dibangun, Ditiap Batas Kota Singkawang Dengan Daerah Bengkayang dan Sambas
Jurnalis : CDmJCZ News
0 Komentar